Belakangan ini ideologi menjadi istilah yang sering dijumpai dalam kajiankajian sosial dan politik. Istilah itu kita temui dalam arti yang berbeda. Bila kita tinjau pada beberapa buku yang membahas masalah tersebut, kita akan menemui arti yang berbeda. Ada beberapa pihak yang tidak mau disebut sebagai ideologis, tapi di pihak yang lain malah menyebut dirinya ideologis. Rupanya ideologi merupakan istilah yang paling ekuivokal dan senantiasa hidup dalam kajian sosial dan politik, bahkan dalam kajian filsafat selama ideologi dikaitkan dengan pengetahuan.
Sementara pengetahuan sejak zaman Yunani mengacu pada suatu kebenaran. Namun kebenaran dalam pengetahuan pun masih menjadi persoalan. Dalam referensireferensi filsafat ditemukan beberapa perbedaan konsepsi pengetahuan. Kaum materialis menganggap pengetahuan mengacu pada materi. Sementara kaum idealis menganggapnya mengacu pada ide.
Ideologi dan Pengetahuan merupakan dua entitas yang sering disandingkan, namun dengan berbagai bentuk yang berbeda. Di satu pihak ideologi dianggap sebagai antitesis pengetahuan, sementara di pihak lain dianggap sebagai sebentuk pengetahuan. Pada pihak pertama ideologi dianggap sebagai bukan pengetahuan, karena sarat dengan unsur subyektifitas individu atau pun kelompok. Sedang di pihak yang lain ideologi adalah pengetahuan itu sendiri.
Sebelum melangkah lebih jauh, kiranya lebih baik bila bahasan ini kita mulai dengan menelusuri makna istilah ideologi. Dewasa ini ideologi dipahami dengan beragam arti. Franz Magnis mengelompokkan ideologi dalam berbagai arti. Pertama, ideologi sebagai kesadaran palsu. Istilah ini paling umum digunakan baik dalam kalangan filsuf dan ilmuwan sosial maupun di sebagian besar masyarakat. Jadi secara spontan bagi kebanyakan orang ideologi mempunyai konotasi negatif, sebagai klaim yang tidak wajar, atau sebagai teori yang tidak berorientasi pada kebenaran, melainkan pada kepentingan pihak yang mempropagandakannya. Minimal ideologi dianggap sebagai sistem berpikir yang terkena distorsi, entah dengan disadari atau tidak. Biasanya ideologi sekaligus dilihat sebagai sarana kelas atau kelompok yang berkuasa untuk melegitimasikan kekuasaannya secara tidak wajar. Orang yang mempergunakan kata ideologi dalam pengertian ini terdorong untuk menegaskan bahwa citacitanya tidak ideologis.
Kedua, ideologi dalam arti netral. Arti kedua ini terutama ditemukan dalam negara-negara yang sangat mementingkan sebuah ‘ideologi negara’. Ideologi dalam arti kedua ini netral. Ideologi dimaksudkan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilainilai, dan sikapsikap dasar rohani sebuah gerakan, kelompok sosial atau kebudayaan. Dalam arti ini baik dan buruk nilai ideologi tergantung isinya: kalau isinya baik, ideologi itu baik; kalau isinya buruk, ideologi itu buruk.
Ketiga, ideologi sebagai keyakinan yang tidak ilmiah. Dalam filsafat dan ilmuilmu sosial yang berhaluan positivistik, segala pemikiran yang tidak dapat diuji secara matematis-logis atau empiris disebut ideologi. Jadi segala penilaian etis dan moral, anggapananggapan normatif, begitu pula teoriteori dan pahampaham metafisik dan keagamaan atau filsafat dan sejarah, termasuk ideologi. Arti ketiga ini maunya netral, tapi sebenarnya bernada negatif juga karena memuat sindiran bahwa ideologiideologi itu tidak rasional, di luar hal nalar, jadi merupakan hal kepercayaan dan keyakinan subyektif sematamata, tanpa kebenaran, tanpa kemungkinan untuk mempertanggungjawabkan secara obyektif.
Terlepas dari pengelompokan itu, istilah ideologi selalu dikaitkan dengan marxisme. Marx sendiri memang telah memberikan banyak pernyataan mengenai masalah ideologi, baik kata maupun arti. Marx (dan Engels) mengonsepsikan ideologi sebagai segala bentuk kesadaran yang meliputi teori tentang pengetahuan, politik, metafisika, etika, dan agama, yang mengungkapkan sikapsikap atau komitmen mendasar suatu kelas sosial. Dalam German Ideologi mereka merumuskan beberapa perbedaan antara komponenkomponen ideologis kesadaran dan apa yang kadang mereka sebut pengetahuan nyata atau ilmu positif. Meski arti perbedaan tersebut tidak diterangkan dengan jelas, namun ia mengungkapkan bahwa ideologi-ideologi atau rasiorasio yang mendorong di terimanya ideologi itu, bersifat tak rasional.
Meski marx telah menyumbang banyak tentang masalah ideologi, namun hubungan ideologi dan ilmu pengetahuan tak pernah di rumuskan secara memadai baik oleh Marx atau Engels maupun para pengikutnya. Tapi asosiasi-asosiasi irrasionalitas dan kepentingan sosial atau politik tersembunyi yang masih kerap di kaitkan dengan ajaranajaran ideologis banyak berasal dari teori Marxian yang menyatakan bahwa komponenkomponen ideologis -dan karnanya juga komponen filosofis- dari kesadaran serta eksklusif termasuk dalam ‘superstruktur’ kebudayaan.
Istilah ideologi sendiri kali pertama digunakan oleh filsuf Perancis Destutt de Tracy pada 1796. Desstutt adalah hartawan dan bangsawan terdidik yang mempelajari pemikirpemikir pencerahan seperti, Voltaire, d’Holbach dan Condilac. Istilah ideologi digunakan oleh Desstutt untuk menggambarkan proyeknya tentang ilmu baru yang akan berkonsentrasi dengan analisis sistematis mengenai gagasangagasan dan sensasisensasi. Destutt tergabung dalam Institut Perancis. Bersama rekanrekannya di Institut Perancis dia hendak mengkaji bagaimana pemikiranpemikiran itu terbentuk. Ideologi sebagai studi gagasangagasan dimaksudkan untuk memberi dasar bagi ilmu pengetahuan.
Mengikuti Condilac, Destutt menegaskan bahwa kita tidak dapat mengetahui sesuatu ’dalam dirinya sendiri’, tapi hanya gagasangagasan dibentuk oleh sensasisensasi kita terhadap sesuatu tersebut. Jika kita dapat menganalisa gagasangagasan dan sensasisensasi dalam cara yang sistematis, kita dapat memberikan basis yang kokoh terhadap semua ilmu pengetahuan dan menarik kesimpulan dari lebih banyak ragam praktik. Secara istilah ideologi berarti ‘ilmu tentang gagasan-gagasan’. Secara umum ia adalah ‘ilmu pertama’, sejak semua ilmu pengetahuan meliputi kombinasi dari gagasangagasan. Bahkan analisis yang cermat terhadap gagasangagasan dan sensasisensasi, ideologi akan memungkinkan ilmu alam untuk dipahami, dan karena itu akan memungkinkan keteraturan ilmu sosial dan politik ditata kembali dalam kesesuaian dengan keinginan dan aspirasi dari keberadaan manusia. Ideologi akan menempatkan moral dan politik pada fondasi yang kokoh dan menyembuhkannya dari kesalahan dan prasangka.
Destutt de Tracy menekankan pada upaya penyusunan ilmu pengetahuan baru, ilmu pengetahuan tentang gagasangagasan yang disebut ‘ideologi’. Ilmu pengetahuan ini memiliki garapan pada upaya penetapan asal mulanya gagasangagasan terbentuk. Dalam hal ini, ilmu pengetahuan tersebut harus mengesampingkan prasangkaprasangka metafisika dan agama. Kemajuan ilmiah hanya mungkin jika gagasangagasan palsu dapat dihindari.
Sementara ideologi dalam kaitannya dengan pengetahuan, sebagaimana Larrain yang menyelidiki konsepsi ideologi dari Marx sampai strukturalisme modern, dipahami dalam dua bentuk: ideologi dalam arti positif dan ideologi dalam arti negatif. Ideologi dalam arti positif berkenaan dengan sistem pendapat, nilai dan pengetahuan yang berhubungan dengan nilai kognitif yang bervariasi. Distorsi bukan esensi dan konsep ideologi. Dengan begitu mungkin ada ideologi yang didasarkan pada pendapat ilmiah dan yang didasarkan pada dugaan pra-ilmiah atau non-ilmiah. Disini ideologi bukan konsep yang dibedakan dari ilmu pengetahuan. Ideologi bukan antitesis dari ilmu pengetahuan.
Ideologi dalam arti negatif, ideologi dibedakan dari ilmu pengetahuan. Ideologi adalah pengetahuan yang diputar-balik, sedang ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang benar. Anggapan bahwa ideologi sebagai penghambat diperolehnya pengetahuan dapat ditemukan pada konsep idols dari F. Bacon. Sebagaimana dijelaskan oleh Francis Bacon bahwa terdapat unsur subyektifitas dalam pikiran manusia yang menunjukkan berbagai distorsi terhadap pengetahuan. Sumber distorsi ini oleh Bacon disebut ‘idols’: pengertian palsu yang dimiliki manusia yang mengelilingi pikiran orangorang sehingga kebenaran tidak dapat masuk. Dalam hal ini Bacon menggolongkan empat jenis idols: idola (pemujaan) terhadap suku bangsa, idola terhadap goa, idola terhadap pasar, idola terhadap teater.
Perbedaan antara konsep ideologi yang negatif dan ilmu pengetahuan dapat diterangkan dengan dua cara yang berbeda: pertama, ideologi dapat dipandang sebagai kesalahan kognitif sematamata. Hubungan antara ilmu pengetahuan adalah kebalikan antara kebenaran dan kesalahan. Ideologi dan ilmu pengetahuan menerima ciri-ciri yang berlawanan yang tidak dapat dipertahankan satu sama lain. Ilmu pengetahuan mencakup semacam kognisi yang sama sekali berbeda dari kognisi ideologi. Perbedaan antara kedua konsep ini meliputi perbedaan kualitatif yang memperkenankan ilmu pengetahuan mengatasi ideologi. Ini didapatkan pada tradisi positivistik. Kedua, ideologi dapat diinterpretasikan berbeda dari ilmu pengetahuan, meski bukan antitesisnya. Kendati perbedaan itu tidak mungkin membuat ilmu pengetahuan dapat mengatasi ideologi, karena ideologi berakar dalam kontradiksi sosial. Ideologi tidak hanya kesalahan kognitif yang dapat diatasi oleh kognisi yang berlebihan. Ilmu pengetahuan juga tidak menghabiskan konsep kebenaran. Ada kesalahan yang tidak ideologis, dan ada kebenaran yang mungkin didapatkan diluar kognisi masyarakat yang benar-benar seperti keadaannya. Kekhasan kesalahan ideologi itu adalah kenyataan bahwa ideologi menyembunyikan kontradiksi. Kebenaran satu-satunya yang mungkin berhasil mengalahkan kesalahan tertentu ini adalah penyelesaian kontradiksi. Ideologi tidak dapat diusir dengan sarana teori yang sederhana. Karena akarakarnya berada di luar perbatasan kesalahan yang semata-mata intelektual.